Jan 10, 2019


Studi Respon Seismik Penggunaan Steel Slit
Damper (SSD) pada Portal Baja
(UNIVERSITAS GUNADARMA REVIEW)

Abstrak— Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak dari beban gempa terhadap portal baja adalah menggunakan peredam. Steel Slit Damper (SSD) adalah salah satu jenis peredam yang dibuat dari sejumlah pelat baja lunak berbentuk segi-4 yang dimodelkan sebagai pegas-pegas yang disusun secara seri. Energi akibat gempa disalurkan melalui strip-strip damper yang mudah meleleh ketika perangkat mengalami deformasi inelastis siklik. SSD mendisipasi energy melalui pembentukan sendi plastis atau pelelehan pelat damper. Pada penelitian ini dilakukan analisa respon seismik Steel Slit Damper (SSD) pada portal baja 1 lantai yang menerima beban lateral berupa beban gempa, dengan membandingkan portal baja konvensional, portal baja inverted-v, dan portal baja dengan SSD. Hasil analisa menunjukkan bahwa gaya geser, gaya normal, dan momen yang dihasikan portal dengan SSD lebih kecil hingga 80,49% dari gaya-gaya yang dihasilkan portal konvensional, tetapi gaya-gaya tersebut masih lebih besar daripada yang dihasilkan portal inverted-V. Portal dengan SSD dapat memperkecil simpangan sebesar 94,12% pada portal konvensional dan sebesar 33,33% pada portal bracing invertedv. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa portal SSD memiliki daktilitas 105,85% lebih tinggi dari portal konvensional
dan 298,67% lebih tinggi dari portal bracing inverted-v. Kata Kunci— Baja, Daktilitas, Portal, Seismik, SSD (Steel Slit Damper)

I. PENDAHULUAN
ETIKA gelombang yang timbul akibat pergerakan lempeng (gempa bumi) mencapai permukaan bumi, getarannya bisa merusak atau tidak tergantung pada kekuatan sumber dan jarak fokus, mutu tanah dimana bangunan berdiri, serta mutu bangunan. Kerugian yang ditimbulkannya bias berupa materiil maupun non materiil. Oleh karena itu berbagai upaya perlu dilakukan untuk meminimalisir akibat gempa, mulai dari sosialisasi bencana gempa hingga memperkuat struktur sehingga lebih tahan gempa. Struktur-struktur seperti gedung bertingkat tinggi, jembatan berbentang panjang, menara pemancar televisi, dan landasan lepas pantai umumnya sangat fleksibel sehingga bila terkena beban dinamis mudah mengalami pergoyangan yang berlebihan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkan teknologi kontrol pada struktur. Kontrol pada struktur dibagi menjadi dua jenis berdasarkan perlu tidaknya energi untuk menghasilkan gaya kontrol, yaitu kontrol aktif dan kontrol pasif. Kontrol aktif memerlukan arus listrik untuk operasi alat dan menghasilkan gaya kontrol,
sedangkan kontrol pasif menggunakan energi potensial yang dibangkit kan oleh respon struktur untuk menghasilkan gaya kontrol. Kelebihan kontrol aktif adalah karakteristik dinamik struktur dapat beradaptasi dengan beban dinamis yang timbul, sedangkan kelebihan kontrol pasif adalah karena kesederhanaan dalam desain, pemasangan, dan terutama pemeliharaannya [1].
Salah satu alat kontrol pasif pada struktur yang berdasarkan penggunaan material bercelah untuk mengurangi getas adalah Steel Slit Damper (Peredam Celah). Alat ini dapat dipasang pada bermacam-macam struktur: gedung bertingkat tinggi, menara, bentangan yang panjang, dan jembatan. Tujuan utama pemasangan Steel Slit Damper: pada gedung tinggi untuk mengurangi goyangan gedung akibat angin, pada menara untuk mengurangi goyangan akibat gempa bumi dan angin, pada struktur berbentang panjang untuk mengurangi getaran akibat lalu lintas, dan pada jembatan untuk mengurangi goyangan akibat angin atau getaran akibat lalu lintas. Steel Slit Damper (SSD) dibuat dari sejumlah pelat baja lunak atau timah berbentuk segi-4 yang dimodelkan sebagai pegas-pegas yang disusun secara seri. Sehingga besarnya kekakuan damper adalah jumlah dari kekakuan masingmasing pelat. Energi akibat gempa dan angin disalurkan melalui strip-strip damper yang mudah melentur ketika perangkat mengalami deformasi inelastis siklik. Damper jenis ini mendisipasi energi melalui pembentukan sendi plastis atau pelelehan lentur bahan damper. Slit damper memiliki hysteresis yang stabil dengan energi disipasi dan daktilitas yang sangat baik [2].
Pemasangan Slit Damper tentu akan mempengaruhi respons dinamis akibat beban gempa bumi. Diharapkan respons dinamis dari gedung dengan slit damper, akibat gempa, lebih kecil daripada respons dinamis seandainya gedung itu tanpa Slit Damper. Studi ini bertujuan untuk mengetahui respon seismik portal baja dengan menggunakan steel slit damper. Hal ini perlu dilakukan untuk dapat mengetahui perilaku portal dengan steel slit damper terhadap faktor-faktor yang mengacu pada kekakuan, kekuatan, daya layan, daktilitas, kesatuan, dan keawetan. Untuk menganalisa struktur gedung dengan slit damper terhadap faktor-faktor tersebut digunakan program bantu SAP 2000.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Permodelan Portal Portal yang akan direncanakan dalam studi ini ada tiga, yaitu: portal konvensional, portal bracing inverted-v, dan portal dengan menggunakan Steel Slit Damper (SSD) seperti ditunjukkan pada gambar 1, 2, dan3. Ketiga portal di atas didesain dengan elemen struktur yang sama. Selain itu, dalam bab ini juga akan dihitung beban gravitasi dan beban gempa rencana yang akan diterima oleh masing-masing portal.





Pada masing-masing portal akan dikerjakan menggunakan profil dan kombinasi pembebanan yang sama untuk kemudian dibandingkan antara ketiganya. Portal yang akan dianalisa merupakan portal baja yang terdiri dari 1 lantai dan 1 bentang, dengan data-data sebagai berikut:
·       Mutu Bahan yang digunakan :
o   BJ 37 (SNI 03-1729-2002)
o   Modulus Elastistisitas (E) = 2000000 Kg/cm2
o   Tegangan Putus (fu ) = 370 Mpa = 3700 Kg/cm2
o   Tegangan Leleh (fy) = 240 Mpa = 2400 Kg/cm2
o   Panjang Portal : 6 m
o    Tinggi Portal : 4 m
o   Panjang Bentang Arah Memanjang : 6 m
o   Jenis Portal : Portal Baja
o    Dimensi Penampang Portal ditunjukkan pada tabel 1 :

B.    Pembebanan
Pada setiap portal dikerjakan kombinasi pembebanan yang sama. Beban yang bekerja pada struktur terdiri dari beban gravitasi (beban mati dan beban hidup) dan beban gempa. Jenis beban yang mempengaruhi ketiga portal divisualisasikan pada gambar 5 di bawah ini.
- Beban Mati
Portal direncanakan memikul beban mati sebagai berikut:
Pelat Lantai ( beton 12 cm)          = 0.12 x 2400 x 3 = 864 kg/m
Spesi                                            = 0.02 x 2100 x 3= 126 kg/m
Tegel                                             = 0.02 x 2400 x 3= 144 kg/m
Bondeks                            = 10.1 x 3 = 30.3 kg/m
Plafon + penggantung                 = (11 + 7) x 3 = 54 kg/m
Total                                             = 1218.3 kg/m
- Beban Hidup
Beban struktur yang akan diuji akan diasumsikan
merupakan gedung perkantoran, maka berdasarkan PPIUG
1983 beban hidup lantai adalah 250 kg/m2.
Beban hidup                                 = 250 kg/m2 x 3 m
 = 750 kg/m
-Spektrum Respon Desain
Beban gempa pada portal ini menggunakan respon spektrum sesuai dengan RSNI 03-1726-2010. Agar dapat dianalisa secara non-linear, fungsi respon spektrum untuk portal yang menggunakan Steel Slit Damper (SSD) harus direduksi secara manual yaitu dengan mengalikan fungsi respon dengan faktor damping yang merupakan reduksi beban akibat adanya pemasangan damper [3]. Damping pada studi ini direncanakan sebesar 40% untuk portal yang menggunakan SSD. Perhitungan faktor damping diambil yang terkecil, yaitu sesuai Bommer et al :
Untuk nilai respon spektrum gempa dengan T yang sama, nilai Sa yang digunakan pada struktur dengan steel slit damper (SSD) dikalikan terlebih dahulu dengan factor damping .
- Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang bekerja pada struktur utama didasarkan pada SNl 03-2847-2010 pasal 4.2.2 dimana secara umum kombinasi pembebanan yang bekerja adalah sebagai berikut :
1. Kombinasi 1 = 1,4D
2. Kombinasi 2 = 1,2D + 1,6L
3. Kombinasi 3 = 1,2D + 1,0RSP + 0,5L
4. Kombinasi 4 = 0,9D + 1,0 RSP
5. Kombinasi 5 = 1,0D
6. Kombinasi 6 = 1,0D + 1,0L
C. Kontrol Profil
Kontrol kekuatan struktur terhadap profil yang digunakan dalam struktur dilakukan agar diketahui apakah profil yang digunakan dalam desain sudah memenuhi persyaratan atau belum. Pada kasus ini profil yang direncanakan seperti tercantum pada tabel 1 sudah merupakan profil yang optimum dan memenuhi syarat. D. Perhitungan Pelat Steel Slit Damper Damper yang digunakan dalam studi ini merupakan pelat pelat SSD dengan profil sebagai berikut:
·       Tinggi Pelat, h = 50 cm = 0.5 m
·       Lebar Pelat, b = 21 cm = 0.21 m
·       Tebal Pelat, Tp = 1.5cm = 0.015 m
Damper direncanakan menggunakan baja lunak BJ 34, dengan :
·       Modulus Elastisitas (E) = 2000000 kg/cm2
·       Tegangan Putus (fu) = 340 MPa = 3400 kg/cm2
·       Tegangan Leleh (fy) = 210 MPa = 2100 kg/cm2
Kekakuan pelat damper :
Direncanakan akan digunakan 10 pelat damper, sehingga: Kd= 10 x 90703.13 = 1134000 Kg/m Deformasi dan gaya-gaya yang bekerja pada pelat damper bentuk segi-4 Dari hasil penganalisaan melalui program SAP2000 V14 didapat gaya lateral yang bekerja pada damper , fp = 566.54 Kg, maka momen potongan sejauh x dapat dihitung sebagai berikut:
Mx = fp . x , dimana x = 1/2 . h = ½. 50 = 25 cm
Mx = fp . x = 566,54 . 25 = 14163,5 Kgcm
Tegangan yang terjadi pada penampang x-x adalah: , dimana y = t/2 = 1.5/2 = 0.75
Ix = 1/12 b t3 = 1/12 . 21 . 1,53 = 5.91 cm4 = 1798,54 kg/cm2 Dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa tegangan yang terjadi pada pelat damper adalah sebesar, = 1798,54 kg/cm2, ini berarti damper masih pada keadaan aman yaitu kurang dari tegangan ijin, fy = 2100 Kg/cm2. Bila kita bandingkan dengan tegangan yang terjadi pada masing-masing elemen portal, maka seharusnya akan diperoleh tegangan yang lebih aman daripada tegangan yang terjadi pada damper. Hal ini dibutuhkan dengan harapan yang mengalami leleh terlebih dahulu adalah damper itu sendiri daripada portal. Berikut adalah tegangan yang bekerja pada masing- masing elemen portal:
Pada tabel 3 didapat tegangan maksimum yang terjadi pada elemen adalah 52.28 kg/cm2. Bila dibandingkan antara tegangan yang terjadi pada damper dan portal adalah:
E. Hasil Analisa Linear pada Balok

Dalam tabel 5 akan ditampilkan gaya maksimum hasil analisa linear yang terjadi pada balok masing-masing portal.

Dapat dilihat pada tabel: jika dibandingkan dengan portal bracing inverted-v maka gaya geser, gaya normal, dan momen yang terjadi pada balok portal dengan menggunakan Steel Slit Damper relatif lebih besar. Tetapi jika dibandingkan dengan balok portal konvensional, dapat dilihat bahwa steel slit damper mampu mengurangi gaya-gaya yang terjadi pada balok pada posisi x=0, x=3, dan x=6. Besarnya gaya yang dapat dikurangi oleh Steel Slit Damper  (SSD) pada portal biasa dapat dilihat pada tabel 6.


Steel slit damper (SSD) mampu mengurangi gaya normal sebesar 76.51%, gaya geser sebesar 51,01%, dan momen sebesar 76,51% yang terjadi pada balok.

F. Hasil Analisa Linear pada Kolom
Hasil analisa menunjukkan bahwa gaya geser, gaya normal, dan momen yang bekerja pada kolom kanan dan kolom kiri adalah sama besar. Dalam tabel 7 akan ditampilkan gaya maksimum yang terjadi pada kolom masing-masing portal.

Hasil analisa pada kolom kiri portal menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan portal bracing inverted-v maka gaya geser, gaya normal, dan momen yang terjadi pada kolom portal dengan menggunakan Steel Slit Damper relatif lebih besar. Tetapi jika dibandingkan dengan portal konvensional dapat dilihat bahwa steel slit damper mampu mengurangi gaya-gaya yang terjadi pada balok. Besarnya gaya yang dapat dikurangi oleh Steel Slit Damper  (SSD) pada portal biasa tersebut dapat dilihat pada tabel 8.
sebesar 51,01%, gaya geser sebesar 80,49%, dan momen sebesar 76,51% yang terjadi pada kolom kiri. Dari hasil analisa gaya yang terjadi pada balok dan kolom di atas maka dapat diketahui bahwa steel slit damper mampu mendisipasi gaya maksimum sebesar 80,49% yaitu gaya geser yang terjadi pada kolom. G. Batasan Drift Batasan Drift maksimum yang diijinkan sesuai RSNI 03- 1726-2010 ps 7.12.1: Δ = 0,015hsx
Untuk portal dengan tinggi = 4 meter, batasannya adalah: Δ = 0,015hsx = 0,015 4000 = 60 mm Batasan drift ini kemudian dibandingkan dengan simpangan maksimum yang didapat dari program bantu untuk struktur seperti pada tabel 9.



Pada tabel dapat dilihat bahwa steel slit damper mampu mengurangi drift pada portal konvensional sebesar 94,12% dan pada portal bracing inverted-v sebesar 33,33%. H. Hasil Analisa Nonlinear Hasil analisa pushover pada masing-masing portal dapat dilihat berupa kurva kapasitas antara Base Reaction VS Displacement seperti dalam gambar 8 di bawah ini: Jika dilihat dari grafik kurva kapasitas maka untuk portal inverted-v agak berbeda dari kurva kapasitas portal konvensional dan portal dengan menggunakan SSD. Kurva inverted-v memiliki 2 fase pelelehan. Pada fase pertama yaitu struktur akan leleh dan mengalami keruntuhan seperti yang terlihat pada grafik bahwa struktur akan memiliki duktilitas yang rendah dan kekakuan yang tinggi, kemudian disusul fase berikutnya yaitu struktur mengalami hardening. Bisa dilihat bagaimana struktur yang sudah hancur pada saat itu pun masih memiliki daktilitas tegangan yang cukup tinggi.

I. Perhitungan Daktilitas Struktur
Daktilitas adalah kemampuan struktur atau komponennya untuk melakukan deformasi inelastis bolak-balik berulang di luar batas titik leleh pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya dukung bebannya. Faktor daktilitas adalah rasio antar simpangan maksimum struktur gedung pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dan simpangan struktur saat terjadinya pelelehan pertama dalam struktur gedung.

Berdasarkan gambar 8 daktilitas masing-masing portal dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
IV. KESIMPULAN
Sesuai dengan hasil analisa portal konvensional, portal bracing inverted-v, dan portal dengan menggunakan steel slit damper saat terjadi gempa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.     Dari hasil analisa portal 2 dimensi didapatkan bahwa portal dengan menggunakan steel slit damper (SSD) memiliki gaya geser, gaya normal, dan momen yang lebih besar dari portal bracing inverted-v. Tetapi jika dibandingkan dengan portal konvensional, portal dengan menggunakan SSD memiliki gaya geser, gaya normal, dan momen yang lebih kecil.
2.     Portal dengan steel slit damper (SSD) dapat memperkecil simpangan yang terjadi sebesar 94,12% pada portal konvensional dan sebesar 33,33% pada portal bracing inverted-v.
3.     Dari hasil perbandingan gaya yang bekerja pada portal dengan menggunakan SSD dengan portal konvensional, steel slit damper dapat mendisipasi gaya maksimum sebesar 80.49% pada kolom.
4.     Portal dengan menggunakan steel slit damper (SSD) mampu meningkatkan daktilitas sebesar 105,85% pada portal konvensional dan sebesar 298,67% pada portal bracing inverted-v.
5.     Pada pola kurva kapasitas untuk portal bracing inverted-v, kurva kapasitas menunjukkan sebuah fase dengan kekakuan yang sangat tinggi tetapi daktilitas yang sangat rendah, dan kurva kapasitas akan naik lagi menandakan adanya fase hardening setelah itu portal kembali runtuh. Sedangkan pada portal konvensional dan portal dengan menggunakan SSD tidak dijumpai adanya fase hardening.


Pustaka :

https://ftsp.gunadarma.ac.id/sipil
https://www.gunadarma.ac.id
http://pustaka-ts.blogspot.com

sumber  :
https://www.researchgate.net/publication/277736910_Studi_Respon_Seismik_Penggunaan_Steel_Slit_Damper_SSD_pada_Portal_Baja

penulis :
AdityaAldiansyah 

Kelas   :
4ta03

Dosen  :
I Kadek Bagus Widana Putra 

Jurusan  :
Teknik Sipil

Universitas  :
Gunadarma

Nov 15, 2018

PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIAONAL


PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIAONAL


·        Kondisi Umum
Secara bertahap krisis multidimensi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada tahun 1998 dapat dipulihkan. Di BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN, berbagai konflik sosial yang terjadi di Maluku, Kalimantan, dan Sulawesi dapat diselesaikan dengan baik. Pihak-pihak yang terlibat konflik baik secara sukarela maupun difasilitasi oleh pemerintah beritikad untuk menciptakan suasana damai sehingga kehidupan sosial ekonomi secara berangsur memulih kembali. Selanjutnya gerakan separatisme di Nanggroe Aceh Darussalam yang membahayakan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia telah memasuki tahapan penyelesaian; serta aksi separatisme di Papua dan Maluku diupayakan penyelesaiannya secara komprehensif.

Di BIDANG POLITIK, proses demokratisasi yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir ini mengubah sistem politik serta peran negara dan masyarakat secara mendasar. Amandemen UUD 1945, disahkannya berbagai peraturan perundangan di bidang politik termasuk peraturan perundangan mengenai pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, terciptanya format hubungan pusat dan daerah berdasarkan perundangan-undangan otonomi daerah, serta adanya konsensus format baru hubungan sipil milter telah mengubah struktur politik ke arah kehidupan politik yang demokratis.

Dalam BIDANG HUKUM terjadi perubahan yang cukup mendasar di bidang ketatanegaraan antara lain dengan pembentukan Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial yang merupakan lembaga tinggi negara dan berkedudukan setingkat Presiden, DPR, dan Mahkamah Agung. Selanjutnya melalui Perpu No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU Tentang Kepailitan dibentuk pengadilan niaga untuk membantu kepentingan dunia usaha dalam penyelesaian masalah utang piutang.

Di BIDANG EKONOMI, stabilitas ekonomi terus meningkat. Sejak memasuki tahun 2002, nilai tukar rupiah relatif stabil dengan kecenderungan menguat, laju inflasi dan suku bunga menurun, serta cadangan devisa meningkat. Dalam tahun 2003, rata-rata kurs harian rupiah mencapai Rp 8.578,- per dolar AS atau menguat 8,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya; laju inflasi menurun menjadi 5,1 persen; serta suku bunga SBI 1 bulan turun menjadi 8,3 persen.
Dalam pada itu, di BIDANG PEMBANGUNAN DAERAH terjadi perubahan yang cukup mendasar pada tata pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota melakukan terobosan-terobosan sesuai dengan kewenangannya. Pemerintah daerah melakukan reorganisasi kelembagaan, penempatan sumber daya manusia aparatur Pemda, pengelolaan keuangan daerah, dan pengembangan kapasitas anggota legislatif di daerah.

·        LATAR BELAKANG
o    Lambatnya reformasi
Proses reformasi yang berjalan lambat juga terjadi dalam pembangunan hukum. Meskipun beberapa kemajuan dicapai di bidang hukum, masih banyak didapati produk hukum yang tidak sejalan satu dengan lainnya. Di samping itu juga masih terdapat produk hukum yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan keadaan sehingga menimbulkan stagnasi dan resistensi di dalam penerapannya. Sementara itu terjadi peningkatan apatisme masyarakat terhadap penegakan hukum yang dianggap telah meninggalkan nilai-nilai keadilan, diskriminatif, serta kehilangan impartialitas di dalam menangani berbagai kasus. Akumulasi kekecewaan masyarakat terhadap penegakan hukum berada pada tahap yang memprihatinkan dan dapat menjauhkan dari upaya untuk mewujudkan supremasi hukum. Selanjutnya rendahnya tingkat kesejahteraan apatur hukum telah menjadi pembenaran terjadinya korupsi. Kondisi ini berpengaruh buruk terhadap upaya pembangunan hukum sehingga penegakan hukum tidak dapat dilaksanakan secara penuh. 
Reformasi birokrasi juga belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Memasuki tahun ke tujuh sejak reformasi digulirkan, perbaikan birokrasi pemerintah belum memperlihatkan kemajuan yang berarti. Ini tercermin dari masih tingginya penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), tidak efisiennya organisasi pemerintahan di pusat dan daerah, rendahnya kualitas pelayanan publik, dan lemahnya fungsi lembaga pengawasan.
o    Rendahnya Kesejateraan Rakyat
Masih rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat tercermin dari tingkat pendapatan yang masih rendah, pengangguran yang masih luas serta biaya hidup yang tinggi dan masih sulitnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal ini makin dipicu oleh kurangnya pemahaman terhadap etos berkarya dan moral yang diajarkan oleh agama, lambatnya pembangunan sumber daya manusia, masih lemahnya daya dorong perekonomian, tingginya kesenjangan antar daerah, menurunnya penyediaan infrastruktur, serta menipisnya sumber daya alam dan menurunnya daya dukung lingkungan.
o    Masih Adanya Pontensi Disintegrasi bangsa
Sementara itu potensi disintegrasi bangsa masih mewarnai dinamika sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen terhadap bangsa dan negara yang belum sepenuhnya utuh, primordialisme, serta pemahaman yang sempit terhadap otonomi daerah berpotensi sebagai faktor munculnya benih-benih disintegrasi bangsa yang apabila tidak dikelola dengan baik sangat mungkin mengarah kepada kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di samping itu, berbagai kebijakan pemerintah yang kurang memberikan rasa kebersamaan dan keadilan kepada daerah-daerah, kurang meratanya hasil pembangunan, penanganan konflik bernuansa SARA yang memihak kepada salah satu kelompok yang bertikai, atau tidak terakomodasinya aspirasi daerah dapat meningkatkan akumulasi ketidakpuasan dan mendorong ketidakpatuhan kepada pemerintah pusat.
Rendahnya kemampuan pemerintah untuk membangun dan membina daerah perbatasan, saat ini masih dirasakan oleh sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan. Kurang menyentuhnya kegiatan pembangunan di daerah perbatasan yang berdampak pada rendahnya tingkat kemakmuran masyarakat, menjadikan masyarakat daerah perbatasan merasa tidak diperhatikan oleh pemerintah. Minimnya pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara pada daerah perbatasan, menjadikan sebagian masyarakat di daerah perbatasan merasa bukan bagian dari sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua kondisi ini telah menurunkan rasa nasionalisme dan menumbuhkan keinginan sebagian masyarakat di daerah perbatasan untuk menjadi warga negara tetangga dengan cara memindahkan patok tapal batas. Di Kalimantan Barat terjadi pemindahan patok tapal batas yang cukup memprihatinkan dan telah mencapai 8 kilometer menjorok ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

·       AGENDA PEMBANGUNAN NASIONAL
Berdasarkan masalah dan tantangan pembangunan yang harus dihadapi dalam tahun 2005–2006, disusun 3 (tiga) agenda pembangunan yaitu: MEMPERCEPAT REFORMASI; MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT; serta MEMPERKOKOH KESATUAN DAN PERSATUAN BANGSA DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Ketiga agenda pembangunan nasional tersebut dijabarkan dalam prioritas dan langkah-langkah kebijakan dalam berbagai bidang pembangunan. 
o   Mempercepat Reformasi
Agenda mempercepat reformasi ditempuh melalui pembangunan politik, pembangunan hukum dan penyelenggaraan negara, serta pembangunan bidang-bidang terkait lainnya.
Dalam PEMBANGUNAN POLITIK, pemantapan kehidupan politik diprioritaskan pada proses penyempurnaan dan penguatan kelembagaan politik baik pada lembaga politik penyelenggara negara maupun lembaga politik kemasyarakatan termasuk hubungan antarlembaga-lembaga politik tersebut. Di samping itu, proses reformasi politik perlu mendapatkan dukungan masyarakat internasional melalui peningkatan kapasitas politik dan hubungan luar negeri melalui penguatan diplomasi Indonesia, serta peningkatan kerjasama internasional terutama untuk memperkuat posisi regional ASEAN berkaitan dengan kepentingan Indonesia dalam konstelasi dunia yang berubah. Pembangunan politik dititikberatkan pula pada pengembangan komunikasi, informasi dan media massa untuk menjamin transparansi dan keterbukaan informasi, kebebasan dan kedewasaan pers dan media massa sejalan dengan perundang-undangan yang berlaku. Pengembangan komunikasi, informasi dan media massa diperlukan untuk pengembangan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
o   Meningkatkan Kesejateraan Rakyat
Agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat ditempuh dengan meningkatkan penyediaan kebutuhan bagi kehidupan rakyat serta meningkatkan pendapatan dan memperluas lapangan kerja. Pembangunan agama, sumber daya manusia, ekonomi, daerah, infrastruktur, serta bidang-bidang lain yang terkait diarahkan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat.
o   Memperkokoh Persatuan Dan Kesatuan Bangsa Dalam Rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
Agenda pembangunan dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dijabarkan melalui pembangunan politik, pertahanan dan keamanan, budaya, serta bidang-bidang pembangunan terkait lainnya.
·       DEFINISI
Pembangunan nasional Indonesia adalah paradigma Pembangunan yang terbangun atas pengalaman Pancasila yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya. Dari amanat tersebut disadari bahwa pembangunan ekonomi bukan semata-mata proses ekonomi, tetapi suatu penjelmaan pula dari proses perubahan politiksosial, dan budaya yang meliputi bangsa, di dalam kebulatannya. Pembangunan Nasional merupakan cerminan kehendak terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adildan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.
Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi tidak dapat dilihat terlepas dari keberhasilan pembangunan di bidang politik Mekanisme dan kelembagaan politik berdasarkan UUD 1945 telah berjalan. Pelaksanan pemilu secara teratur selama Orde Baru juga sudah menunjukkan kemajuan perkembangan demokrasi. Pembangunan di berbagai bidang selama ini memberikan kepercayaan kepada bangsa Indonesia bahwa upaya pembangunan telah ditempuh, seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, menunjukkan keberhasilan. Ini yang ingin dilanjutkan dan akan ditingkatkan dalam era baru pembangunan.
·       PERMASALAHAN
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia mempunyai sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat besar, tetapi pelaksanan pembanunan belum bisa maksimal atau dapat dikatakan gagal. Tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pembangunan di Indonesia? Pemerintah tidak tinggal diam dalam melihat hal ini. Apa solusi yang tepat  agar pembangunan di Indonesia dapat berjalan dengan lancar dan tujuan-tujuan pembangunan dapat tercapai
·        PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia
Pembangunan merupakan proses perubahan yang berangkat dari situasi nasional tertentu untuk mencapai kondisi nasional yang lain yang lebih baik. Sejak awal pembangunan kita bersepakat untuk memanusiawikan  pembangunan kita. Kita tidak ingin menjadi manusia mesin tanpa jiwa dan kalbu, dan sekedar menjadi masyarakat teknologis.
Masyarakat maju dan mandiri di Indonesia yang diinginkan dan dikehendaki rakyat dan bangsa bukanlah masyarakat modern sekuler tanpa kendali agama dan moral. Kita tidak ingin terjebak dan terperosok kedalam penderitaan dan kesalahan bangsa lain dalam pembangunan masa depan yang diinginkan rakyat Indonesia adalah masyarakat yang berkeseimbangan kesejahteraan lahir dan batin.